Rantaumelayu.com – Menurut manuskrip kuno Bangsa Melayu merupakan keturunan Nabi Ibrahim as; dari istri ketiga beliau bernama SITI QOTURA/KETURAH. Setelah kewafatan Sarah, Nabi Ishak as telah merayu Nabi Ibrahim as untuk berkahwin dengan ibu angkat beliau dari kerajaan Champa Kuno (bukan Champa Baru di era Angkor). Akhirnya Nabi Ibrahim as setuju dan berkahwin  engan Siti Keturah yang dikaruniakan Allah 6 orang anak Zimran, Jokhsan, Medan, Midian, Ishbak dan Shuah. Anak-anak mereka inilah menjadi penggagas Bangsa Melayu.

 

Melayu di ambil dari perkataan “MALA” (nama bangsa asal Keturah), nama ini sama dengan nama yang tertulis dalam manuskrip yang di kaji oleh Ralph Olsen. Bukan itu saja, keturunan Keturah inilah yang ramai tinggal di Tanah Melayu, Sumatera, Jawa, Borneo, Sulawesi, dan Mindanao. Kesemua tempat ini merupakan tempat yang mempunyai tulisan purba yang di adaptasi dari tulisan semitik purba, tulisan rencong adalah tulisan resmi melayu, jawa dan bugis juga memiliki tulisan yang hampir serupa.

 

Oleh karena itu, kami yang menjadi bagian dari Bangsa Melayu merasa terpanggil untuk menguatkan kalimat bahwa “MELAYU TAKKAN HILANG DI BUMI”. Menghimpun dan mempersatukan Bangsa ini, dengan memperkuat perwujudan BHINNEKA TUNGGAL IKA di seluruh Negeri Indonesia sehingga PERSATUAN INDONESIA bukan sebatas kalimat. Kami sepakat PERKUMPULAN ini di sebut “PERKUMPULAN SWADAYA MASYARAKAT RANTAU MEAYU”. Dan untuk selanjutnya dengan ini menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PERKUMPULAN ini.

Baca juga:  Anies Baswedan Dukung Darma - Kun Wardana Jadi Gubernur DKI Jakarta, Rantau Melayu: Paling Realistis